Liturgi berarti perayaan atau kegiatan umat. Istilah liturgi berasal
dari liturgia (Latin) atau leitourgia (Yunani). Dalam bahasa Yunani
klasik leitourgia terdiri dari dua kata: leitos (kata sifat laos yaitu
bangsa) yang berarti ‘berhubungan dengan banyak orang dan ergon yang berarti kegiatan atau tindakan. Kata leitourgia dipakai oleh orang Yunani untuk menunjukan:
1.
Kerja bakti, karya pelayanan untuk kepentingan
umum
2.
Perayaan yang melibatkan banyak orang atau yang
dihindari oleh banyak orang.
Biasanya menurut kebudayaan orang Yunani, kegiatan
atau perayaan ini diawali dengan ibadat keagamaan seperti doa atau korban
bakaran kepada para dewa dan dilanjutkan dengan kegiatan kerja. Misalnya
seluruh kegiatan membangun bersama-sama sebuah tempat persembahan korban (kuil
untuk dewa tertentu). Kegiatan ini dimulai dengan doa dan persembahan korban
yang diteruskan dengan mengumpulkan bahan-bahan bangunan lalu membangun dasar
dan mendirikan seluruh gedungnya. Seluruh kegiatan ini (leitourgia) bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Dalam perkembangan lebih lanjut istilah leitourgia dipersempit artinya karena mengacu hanya pada ibadat
keagamaan yang sebenarnya hanyalah awal dari suatu kegiatan perayaan umat.
Ketika dipakai dalam Gereja, istilah liturgi
meliputi seluruh kegiatan umat beriman dalam hidupnya yang dijalankan untuk
kepentingan banyak orang. kemudian sama seperti orang Yunani, orang kristen
menggunakan istilah ini dalam arti sempit juga yaitu kegiatan ibadat yang resmi
diakui oleh Gereja (lain dari devosi). Istilah ini menjadi populer sesudah
Konsili Vatikan II. Dengan menggunakan istilah ini hendak digarisbawahi juga
aspek ‘kegiatan atau tindakan umat’ dan ‘keberadaan dalam tindakan atau karya’.
Upaya ini sangat membantu meningkatkan kesadaran dalam diri umat beriman untuk
bersama-sama mengambil bagian aktif dalam liturgi. Partisipasi aktif dari umat
amat perlu untuk mengatasi pandangan s dan praktek ibadat pra-Vatikan II yang
melihat kegiatan-kegiatan perayaan dan pelayanan sakramen sebagai tindakan
khusus para klerus (para petugas yang ditahbisakan: diakon,imam, uskup).
Dengan demikian ekaristi sebagai liturgi adalah satu kegiatan bersama
dari seluruh umat beriman yang merayakannya demi kemuliaan Tuhan dan
keselamatan umat manusia atau demi kepentingan umum. Kalau orang datang ke
tempat Perayaan Ekaristi dalam kesadaran hanya sebagai seorang pribadi
(individu) dan bukan sebagai bagian dari persekutuan persaudaraan beriman maka
bagi orang seperti ini berkuranglah nilai liturgis dari Ekaristi. Demikian pula
bila orang datang untuk merayakan Ekaristis dengan maksud atau intensi melulu
bersifat pribadi, demi kepentingan diri dan keluarga serta kenalan saja seraya
mengabaikan kepentingan umum maka makna liturgis dari Ekaristi juga berkurang.
Bisa saja orang sangat aktif mengambil bagian dalam Ekaristi, tetapi kesadaran
dan maksudnya amat egoistis. Padahal kesadaran dan maksud liturgis bersifat
altruistis, demi kepentingan banyak orang lain juga demi keselamatan dan
kebahagiaan orang-orang yang sama sekali tidak dikenal atau tidak pernah
dijumpai.
Sebagai ‘kegiatan’ (ergon dalam bahasa Yunani, actio
atau actus dalam bahasa Latin).
Ekaristi memberi peluang untuk bertindak, berkarya, turut terlibat mulai dari
awal samapi akhirnya perayaan. Kegiatan aktif ini melibatkan seluruh diri
manusia: anggota jasmani untuk mengambil sikap tertentu, mulut untuk berdoa,
bernyanyi, mamakhlumkan dan mewartakan, telinga untuk mendengar, mata untu
melihat dan memandang, hidung untuk mencium, lidah untuk mengecap makan dan
minum, pikiran untuk memahami dan merenung, hati untuk meresapkan, untuk
beriman, berharap dan mencintai. Demi kegiatan ini dibutuhkan beda. Namun benda
(tanda, simbok) tanpa kegiatan kurang berarti. Benda sebagai materi yang
dipakai dalam liturgi hanya sunggu bermakna bila mendorong seseorang untuk
memberikan tanggapn, untuk terlibat. Apa arti sebuah salib bila tidak mendorong
orang untuk merenungkan misteri Paskah, untuk memandangnya, menudukan kepala
untuk menyembah atau berlutut di hadapannya? Bila hal itu dilakukan, jelas ada
tanggapan aktif berkat kehadiran benda-tanda-simbol itu. Apa makna sebuah buka
bacaan misa yang anggun bila tidak menarik perhatian orang untuk memasang
telinga dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh pemakhluman sabda Tuhan dari
kitab suci itu? apa makna hosti Kudus bila tidak menggugah orang untuk
menyiapkan diri lalu bergerak datang menerima dan menyantapNya dengan khidmat
untuk bersatu dengan Tuhan sendiri dan membiarkan diri diperbaharui dan
dikuduskan? Bisa saja dalam liturgi orang lebih terpaku pada benda, materi,
uang demi kepentingan pribadi dan bukan pada kegiatan atau karya demi
kepentingan oarng banyak orang lian. Bagi orang seperti ini Ekaristinya kurang
liturgis.
Kegiatan ini mempunyai kaitan erat dengan hidup
dan karya di luarg perayaan ritual. Ekaristi tidak boleh dipandang melulu
sebagai perayaan ritual yang terpisah dari hidup nyata. Sebagai liturgi,
perayaan Ekaristi perlu diteruskan penghayatannya dalam kegiatan-kegiatan di
tengah dunia, masyarakat dan keluarga. Misalnya dalam kegiatan persekutuan
persaudaraan, kegitan pelayanan, pewartaan dan kesaksian hidup beriman.
Kegiatan-kegiatan lain ini dilaksanakan dalam kaitan dengan Ekaristi.
Keterlibatan aktif dari seluruh umat dalam
ekaristi merupakan suatu hal yang amat positif. Tidak boleh disangkal aspek
ini. Patut diakui dan disyukuri sebagai anugerah. Namun tidak boleh
dinomorsatukan tindakan atau karya manusia dalam liturgi Ekaristi. Kalau
tindakan atau karya manusia dalam liturgi (Ekaristi) diutamanakn maka
orang-orang yang ikut perayaan dapat mengandalkan kekuatan atau kemampuannya
dalam ibadat dan dapat menggunakan liturgi sebagai sarana ampuh di tangannya
untuk mempengaruhi atau mengubah Allah. Dengan kata lain liturgi (termasuk
semua peralalatan, tanda, simbol dan doa) dipandang lebih sebagai sarana magis
yang mempunyai kekuatan istimewa untuk menggerakan atau mengubah bahkan
menobatkan Allah. Maka doa-doa yang diucapkan lebih bernada memohon, meminta, menuntut,
mendesak, memaksa Allah agar memenuhi keinginan pribadi manusia pemohon. Bila
hal ini terjadi terus menerus maka pada akhirnya orang-orang yang ikut atau
pendoa akan sangat kecewa sebab Allah tidak dapat diubah atau ditobatkan oleh
manusia. Kehendak, pikiran, rencana dan jalan-jalan Allah amat berbeda dengan
yang dimiliki manusia.
Hendaknya diingat bahwa liturgi (ekaristi) yang
pertama-tama hadir dan berkarya secar mengagumkan adalah Allah. Yang pertama
dikenang dan dialami adalah Tuhan dan tindakanNya untuk menyelamatkan manusia.
(Hal ini terungkap dengan sangat tepat dalam istilah Sakramen). Oleh karena itu
tindakan liturgi dasar dari orang-orang yang ikut perayaan adalah bersyukur,
memuji atau memuliakan Allah yang mahabaik, yang rela menyertai manusia dan
setia mengasihinya samapi sehabis-habisnya.
Sumber: Kumpulan Tulisan Katekese Umat
No comments:
Post a Comment