Terang
yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia”
(bdk.
Yoh. 1:9)
Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita
Yesus Kristus.
1. Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan
kedatangan Dia, yang mengatakan: “Akulah terang dunia;
barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia
akan mempunyai terang hidup”1. Dalam
merenungkan peristiwa ini,
rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: “Terang yang sesungguhnya itu
sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan
oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik
kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya”2. Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita
yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema: “Terang
yang sesungguhnya sedang datang ke dunia”.
2. Saudara-saudari terkasih,
Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konsti-tusional
menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini gejala-gejala kekerasan atas
nama agama semakin tampak dan mengancam ke-rukunan
hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan pihak-pihak yang mengalami
perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat kita. Kita semakin merasa risau
akan perkembangan “peradaban” yang mengarus-utamakan jumlah penganut agama;
“peradaban” yang memenangkan mereka yang bersuara keras berhadapan dengan
mereka tidak memiliki kesempatan bersuara; “peradaban” yang memenangkan mereka
yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu
pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam:
suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian dari pada budaya cinta yang
menghidupkan.
Keadaan
yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penang-gungjawab
publik yang tidak sepenuhnya memperjuangkan kepentingan rakyat kebanyakan. Para
penanggungjawab publik memperlihatkan kiner-ja
dan moralitas yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama. So-rotan
media massa terhadap kinerja penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap
kepentingan masyarakat, khususnya yang terung-kap
dengan praktek korupsi dan mafia hukum hampir di segala segi kehidupan
berbangsa, sungguh-sungguh memilukan dan sangat mempri-hatinkan,
karena itu adalah kejahatan sosial.
Kenyataan
ini yang berlawanan dengan keadaan masyarakat yang sema-kin
jauh dari sejahtera, termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin mem-perparah
kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh
musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni alami maupun
karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama dalam penanganan dan
penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini
membuat kita semakin membutuhkan
Terang yang sesungguhnya itu.
Terang
yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus menjelma menjadi ma-nusia,
sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak Terang itu,
namun Terang yang sesungguhnya ini membawa pengha-rapan
sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu me-numbuhkan
pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan.
Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui
batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa
Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kege-lapan,
sebagaimana dikatakan oleh Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku,
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan
telah datang”3.
Natal
adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus
sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya4. Semua yang
dilihat-Nya baik adanya itu5, yang telah dirusakkan dan
diceraiberaikan oleh kejahatan manusia, menemukan dirinya di dalam Terang itu.
Oleh karena itu, dengan menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita
menerima kembali, ─ dan demikian juga menya-tukan
diri kita dengan ─ karya penyelamatan Allah yang baik bagi semua orang.
Di
dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan, bahwa Terang
sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di da-lam
kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru
bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang
selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang
menjalani pergumulan hidup ini.
3. Saudara-saudari terkasih,
Peristiwa Natal membangkitkan harapan
dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan
semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa
pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta
menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan
kesejahteraan ber-sama.
·
Bersama Rasul Paulus, kami mengajak
seluruh umat kristiani di tanah air tercinta ini: “Janganlah kamu kalah
terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan”6,
karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang
dikalahkannya.
·
Selanjutnya kita wajib ikut-serta
mewujudkan masyarakat yang sejah-tera, adil dan makmur, bahkan
melalui usaha-usaha kecil tetapi konkrit seperti menjalin hubungan baik dengan
sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan
memelihara serta melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan
menanam pohon dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang
sampah secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya,
mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.
·
Dalam situasi bencana seperti
sekarang ini kita melibatkan diri secara proaktif dalam pelbagai gerakan
solidaritas dan kepedulian sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai
gereja, masyarakat maupun pemerintah.
·
Marilah kita memantapkan penghayatan
keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan
praktik-praktik iba-dat keagamaan kita secara lahiriah,
semu dan dangkal. Hidup beragama yang sejati bukan hanya praktik-praktik
lahiriah yang ditetap-kan oleh lembaga keagamaan,
melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan mesra dengan Allah secara
pribadi.
Akhirnya,
marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam kesederhanaan dan
kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama, yakni para gembala di padang
Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah
kita percaya kepada Terang itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita
menjadi anak-anak Terang7.
[1]Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan mulia bagi
kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih sebagai tanda
penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita masing-masing. Dengan
pemikiran serta ungkapan hati itu, kami mengucapkan:
SELAMAT
NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011
Jakarta,
12 November 2010
Atas
nama
PERSEKUTUAN
GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA
DI INDONESIA (PGI),
INDONESIA
(KWI),
Ketua
Umum
Ketua
Pdt. Gomar
Gultom, Mgr. J Pujasumarta
Sekretaris
Umum
Sekretaris Jenderal
__._,_.___
No comments:
Post a Comment